Are you sure you want to report this content?
"Kita putus.."
"Mengapa?"
"Aku masih sayang dia.."
"Hmm, begitu. Oke. Baiklah."
"Apa kau baik-baik saja?"
"Tentu saja. Memangnya aku anak kecil? Aku bisa mengerti."
"Maaf."
"Tidak apa-apa. Santai saja."
"Kalau begitu terima kasih. Aku pulang dulu."
"Hati-hati dijalan."
Ini yang sebenarnya terjadi...
"Kita Putus.."
Dua kata yang dengan cepat masuk kedalam telingaku, tapi berjalan lebih lambat dari detikan jarum. Perlahan masuk kedalam hati dan mulai mengukir luka.
Aku bodoh. Aku tau alasan dibalik terungkapnya kata-kata itu tapi aku tetap bertanya seolah rasa sakit yang kualami saat itu belum cukup.
Lututku goyah, gravitasi hampir saja menang. Mataku mulai berair. Banyak hal muncul dalam pikiran. Nyaris aku bertanya, apakah aku benar-benar terlihat dimatamu? Apakah aku hanya lelucon? Apakah aku dicintai olehmu? apakah aku pernah menang melawan wanita itu?
Mungkin kala itu, tubuh dan pikiranku tidak sependapat. Aku tidak mau menerima alasannya, laki-laki ini keterlaluan! Tapi mulutku terlanjur bicara. Tidak! bukan ini keinginanku. Bukan ini yang mau kukatakan.
Aku tidak mau mengerti, tapi anehnya aku benar-benar mengerti. Aku tau, aku tak punya pilihan lain selain setuju dengan keputusannya. Kata maafnya tulus, dan kini semua benar-benar selesai. Tak ada lagi yang bisa kulakukan untuk mempertahankan hubungan ini.
Ingatan tentang bagaimana kami memulainya, singgah sebentar dalam benak. Tentang perasaan menggelitik perut saat kami bertukar kabar. Tentang kesenangan yang bersembunyi dibalik rasa malu ketika kami bertemu. Tentang hentakan keras jantung saat kami dekat. Tentang setiap perhatian, hadiah, semangat dan waktu yang kami habiskan bersama.
Ah, sekarang bukan lagi kami tapi aku dan dia. Kutatap punggungnya yang semakin mengecil didepan mataku, berharap dia berbalik dan melihat bahwa aku masih disini, berharap bahwa kejadian tadi hanya sekedar lelucon april mob. Tapi dia tetap maju, mantap melangkahkan kaki, melirikpun tidak. Wah. Dia memang laki-laki hebat. Dan kemudian, dia hilang dari pandangan.
Air mata tumpah, kali ini tidak bisa kutahan. Kuserahkan diri ini kepada bumi. Detakan jantung kali ini berbeda. Aku tidak menyukainya. Aku berteriak keras dalam hati. Sangat keras hingga kurasakan kulit wajahku memanas. Kulepaskan semua yang kubendung dari tadi. Meronta dalam diam.
Dan sebelum akhirnya aku mencoba berdiri, kuputuskan untuk berdoa.
"Terima kasih."
"Semoga kau bahagia."
12 Launches
Part of the Love collection
Published on February 07, 2017
(0)
Characters left :
Category
You can edit published STORIES
Are you sure you want to delete this opinion?
Are you sure you want to delete this reply?
Are you sure you want to report this content?
This content has been reported as inappropriate. Our team will look into it ASAP. Thank You!
By signing up you agree to Launchora's Terms & Policies.
By signing up you agree to Launchora's Terms & Policies.